Tips Menulis Fiksi: Membujuk Rayu Pembaca ala Agus Noor

13
2615

Menulis cerita yang bagus itu penting. Namun, cerita yang menarik akan sia-sia jika dimulai dengan pembukaan yang biasa-biasa saja. Bagi Agus Noor — cerpenis paling produktif saat ini — pembukaan cerita itu ibarat janji yang membuat pembaca tertarik. Ia juga bisa diibaratkan sebagai ‘ciuman kecil’ yang membuat pembaca terpesona dan ingin terus atau kembali menikmatinya. Oleh karena itu, menulis awal cerita dengan cara yang menarik itu wajib hukumnya dalam menulis fiksi.

Bagaimana cara membujuk atau merayu pembaca agar terpikat dengan cerita yang ditawarkan?

“Goda pembaca dengan membuatnya penasaran. Itulah seni pembukaan cerita. Penulis bisa memulainya dengan menjanjikan sesuatu… memberitahukan sesuatu… secara perlahan-lahan untuk menumbuhkan kesan misterius,” ujar cerpenis yang setiap malam merasa bahwa dirinya menjelma kunang-kunang.

Contoh pembukaan cerita yang bisa dijadikan referensi adalah bagian awal dari cerpen “Gadis Kecil Beralis Tebal Bermata Cemerlang” karya A. Mustofa Bisri yang terbit di Harian Kompas pada tanggal 1 April 2018.

“Ketika pertama kali aku melihatnya, aku sudah bertanya-tanya dalam hati. Aku melihatnya dari jendela kereta api menjelang keberangkatanku dari stasiun S menuju J. Seorang gadis cilik beralis tebal berdiri sendirian di peron memandangiku. Saya mengharapkan dia tersenyum. Bila tersenyum pasti akan semakin indah bibir mungil itu. Tapi dia tak tersenyum. Hanya pandangannya saja tidak bisa lepas dariku.  Wajah manis itu tidak mengekspresikan apa-apa.”

Berikut analisa yang diberikan Mas Agus terkait paragraf pertama cerita di atas.

Ketika pertama kali aku melihatnya, aku sudah bertanya-tanya dalam hati.

Memberikan informasi bahwa ada yang melihat, tetapi identias oknum tersebut masih dirahasiakan.

Aku melihatnya dari jendela kereta api menjelang keberangkatanku dari stasiun S menuju J.

Pemandangan sekitar mulai didefinisikan, tetapi masih menahan informasi untuk menggoda pembaca dan menumbuhkan rasa penasaran. Kebanyakan pembaca akan menduga bahwa oknum tersebut pasti perempuan. Apakah ia mantan pacar? Atau kekasih yang ditinggalkan?

Seorang gadis cilik beralis tebal berdiri sendirian di peron memandangiku. 

Identitas oknum perlahan-lahan mulai diungkap. Jauh dari dugaan pembaca, ternyata oknum yang diceritakan adalah seorang anak kecil.

Saya mengharapkan dia tersenyum. Bila tersenyum pasti akan semakin indah bibir mungil itu. Tapi dia tak tersenyum. Hanya pandangannya saja tidak bisa lepas dariku. Wajah manis itu tidak mengekspresikan apa-apa.

Rangkaian kalimat di atas mulai memberikan informasi secara perlahan-lahan untuk terus membangun rasa penasaran pada diri pembaca.

Jadi layaknya merayu seseorang, teknik dasar menulis awal cerita yang menarik adalah: jangan terburu-buru. Kesabaran adalah kunci utama untuk menulis fiksi yang baik. Berikan informasi secara perlahan untuk menumbuhkan rasa penasaran.

Tips menulis fiksi 1: Sabar. Berikan informasi secara perlahan untuk menumbuhkan rasa penasaran di kalangan pembaca. 

Lalu, topik apa saja yang baik untuk dijadikan bahan rayuan yang menarik? Ketujuh ide berikut ini bisa menjadi andalan penulis untuk merayu dan memikat perhatian pembaca di awal cerita.

  1. Memulai dari momen penting atau momen genting (konflik)
  2. Pengenalan karakter atau tokoh yang menarik, unik, atau memikat
  3. Permainan emosi, pembukaan yang puitis atau filosofis (view point of life)
  4. Kalimat provokasi yang menggoda atau langsung meneror
  5. Percakapan atau dialog yang ‘tangkas’ dan membuat penasaran
  6. Melukis suasana: bisa landscape pemandangan atau deskripsi adegan yang dikisahkan dengan detail dan memikat
  7. Menyorotkan teka-teki, rasa penasaran, atau suasana ketakutan

Baca juga: Contoh Lain Pembukaan Cerita yang Jitu dalam Merayu Pembaca

Dengan berbekal teknik dasar dan beberapa gagasan yang telah dipaparkan, Mas Agus mengajak para peserta untuk langsung mempraktikkan ilmu merayu yang baru saja diajarkannya. Berikut ini adalah hasil kreativitas peserta beserta masukan yang diberikan langsung oleh Mas Agus sendiri.

“Aku tak bisa menjanjikan cinta yang sempurna. Aku tak bisa memberimu megahnya dunia. Yang bisa kujanjikan hanyalah secangkir teh ramuan tanganku yang akan selalu ada setiap pagi dan sore, dalam suasana hati marah maupun sayang.”

Kritik: terlalu berindah-indah dengan kata-kata sehingga cenderung klise

Perbaikan: Kau akan menemukan cinta sempurna dalam secangkir tehku.

“Aku pernah percaya pada sebuah senja yang menjanjikan kebahagiaan. Namun, kebahagian seperti apa yang mesti kunantikan sejak segalanya hilang bersama kepergianmu.”

Kritik: terlalu affirmative.

Perbaikan: Aku pernah percaya pada sebuah senja yang menjanjikan kebahagiaan.

“Sussana dapat mencium kematian dari orang orang terdekatnya. Maut bukan rahasia buatnya. Sudah lebih dari 30 hari dia mencium aroma itu dari tubuhnya sendiri.”

Kritik: terlalu affirmative.

Perbaikan: Sussana dapat mencium kematian dari orang orang terdekatnya. Aroma itu datang bersama… .

“Tidak ada yang pasti dalam hidup selain masa lalu di belakang dan kematian di depan. Sayangnya, kematianmu adalah masa lalu bagiku. Jika kini aku menulis tentang dirimu, adalah untuk menyakinkan diriku sendiri bahwa kamu tak pernah mati. Terus hidup, setidaknya di hatiku.”

Kritik: terlalu affirmative, rayuan yang terkesan receh

Perbaikan: Tidak ada yang pasti dalam hidup selain masa lalu di belakang dan kematian di depan. Sayangnya, kematianmu adalah masa lalu bagiku.

Melalui kegiatan praktik ini, ada kecenderungan penulis pemula atau muda yang suka ber ‘indah-indah’ dengan kata-kata sehingga tampak klise. Padahal yang paling penting dalam menulis bagian awal suatu karya fiksi, Mas Agus menekankan, adalah membangun suasana sehingga pembaca merasa dirinya menjadi bagian dari adegan yang diceritakan.

Tips menulis fiksi 2: Fokuskan penulisan untuk membngun suasana. Buat pembaca merasa dirinya menjadi bagian dari adegan yang diceritakan. 

Kegiatan praktik membuat pembuka cerita ini pun mengakhiri sesi Mas Agus dalam acara Kelas Menuslis Fiksi: Seni Mengukir Kata yang diselenggarakan oleh Kata Hati Kita Production pada hari Sabtu, 7 April 2018 di AH Café dan Resto, Cikini. Semoga kiat-kiat menulis yang dipaparkan di atas dapat bermanfaat bagi para peserta dan siapapun yang membaca ulasan ini.

Jakarta, April 2018

Catatan penulis: untuk membaca kegiatan saya bersama Kata Hati, sila mengunjungi tautan berikut ini.

***

Tentang Agus Noor:

Lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Juni 1968, Agus Noor telah berkecimpung di dunia sastra dengan menulis karya-karya puisi, cerita pendek dan prosa.

Cerita pendeknya berkali-kali masuk buku pilihan cerpen Kompas, dan cerpennya “Kunang-kunang di Langit Jakarta” menjadi terbaik terbaik terbaik Kompas 2012. Tiga cerpennya, “Tak Ada Mawar di Jalan Raya”, “Keluarga Bahagia” dan “Dzikir Sebutir Peluru” masuk Anugerah Cerpen Indonesia Dewan Kesenian Jakarta, tahun 1992. Sementara cerpennya “Pemburu” terpilih sebagai 10 Cerpen Terbaik Majalah Sastra Horison 1990-2000, yang kemudian dimasukkan buku Kitab Cerpen Horison Sastra Indonesia dan juga antalogi cerpen Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara). Tiga tahun berturut-turut (2008- 2010), tiga cerpennya masuk dalam buku Cerpen Indonesia Terbaik Pena Kencana.

Kumpulan cerita pendeknya yang telah dibukukan dan beredar di pasaran antara lain:

  1. Bapak Presiden yang Terhormat
  2. Cerita Buat Para Kekasih
  3. Cinta Tak Pernah Sia-sia
  4. Lelucon Para Koruptor
  5. Memorabilia & Melankolia
  6. Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia

Sumber: Tentang Penulis, Memorabilia & Melankolia; serta Wikipedia.org

 

Save

Save

Save

Save

Save

Save

13 COMMENTS

  1. Maria oh Maria…
    Suka kali aku sama tulisanmu.
    Ayo lah kita menulis bersama. Kau akan menjadi penulis yg sangat detil. Tak heran kaka Leila menyukai tulisan-tulisanmu di masa ketika kita bersekolah bersama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here