Pada artikel sebelumnya, saya pernah berbagi kiat dari Ahmad Tohari tentang menggali gagasan untuk sebuah cerita. Kepekaan sosial menjadi kunci utama. Dipadu dengan kepo yang berfaedah atau 5W1H, akal sehat kita akan tergerak untuk menjaring informasi dan menemukan makna yang akan menjadi bekal pengetahuan kita. Hingga pada akhirnya, daya kreativitas kita pun bebas untuk berimajinasi dan menuangkannya ke dalam sebuah cerita.
Pertanyaan selanjutnya yang mungkin ada dalam benak teman-teman sekalian adalah “Bagaimana menuliskan cerita berdasarkan gagasan tersebut?”
Jujur, untuk yang satu ini, saya sebenarnya lebih memilih untuk bungkam. Mengapa?
Teman-teman mungkin sudah sering berkonsultasi dengan Mbah Google tentang “tips menulis fiksi” dan semacamnya. Hasil yang serupa selalu bertebaran di setiap artikel yang berbeda. Tentang elemen dasar yang seyogyanya ada pada cerpen seperti tema, latar, karakter, dan konflik yang dialami tokoh utama dalam cerita. Lalu ada peraturan tentang pentingnya deskripsi dan dialog untuk menghidupkan cerita.
Namun, teman-teman juga pasti kerap menemukan karya-karya penulis kenamaan dan peraih Nobel Sastra yang justru banyak kita jumpai telah melawan kaidah-kaidah tersebut.
Meminjam kata-kata Elizabeth George dalam Write Away (2004): “Menulis adalah bentuk seni, sebaiknya tidak diajarkan. Bagaimana gairah diajarkan?” Benar juga, bagaimana penulis dan penggiat seni bisa menjadi otentik bila selalu terbentur oleh segala aturan?
Akan tetapi, kita juga tak bisa pungkir, jika peraturan itu ada bukan untuk mengekang, apalagi bagi penulis pemula seperti saya ini. Kaidah-kaidah tersebut setidaknya bisa kita maknai sebagai panduan agar kita tak lekas bingung “harus memulai menuliskan cerita dari mana.”
Elemen-Elemen Dasar Cerita:
1. Tema
Kepekaan sosial kita tentunya mampu menjaring berbagai peristiwa yang layak dijadikan ide. Namun pertanyaannya, apakah semuanya relevan untuk masuk dalam satu cerita? Fungsi utama tema sebenarnya adalah untuk membantu kita fokus dalam memilih informasi yang akan kita tuangkan ke dalam naskah. Tentunya, agar cerita yang seharusnya mengasyikkan tidak terkesan bertele-tele.
Tema juga akan membantu menentukan elemen-elemen lain dalam cerita, seperti latar dan tokoh yang akan diikutsertakan agar cerita kita menjadi utuh.
Contoh: pada cerpen Pak Tohari, tema yang beliau pilih adalah kinerja wakil rakyat yang masih perlu banyak diperbaiki, terutama terkait hajat hidup wong cilik. Maka, tercetuslah ide “gelandangan yang ingin mengencingi Jakarta” dan mengambil latar di Stasiun Pasar Senen (tempat kebanyakan kereta kelas ekonomi menjemput dan menurunkan penumpang).
2. Plot
Sebaiknya sejak awal, seorang penulis sudah harus menyiapkan kerangka plot. Namun ada kalanya juga, kehadiran plot akan mengekang imajinasi penulis dan tak jarang menghadirkan kemandekan.
Saya pribadi berdamai dengan menyiapkan sinopsis atau premis cerita. Contoh template yang kerap saya gunakan justru mengambil dari buku Kelas Skenario: Wujudkan Ide Menjadi Naskah Film anggitan Salman Aristo dan Arif Shiddiq.
-
-
-
-
- (Nama karakter dalam certita) _________________________
- sangat ingin ________________________________________
- dengan cara ________________________________________
- namun mengalami kesulitan saat ____, karena ____________
-
-
-
Sinopsis semacam ini juga memudahkan saya memilih konflik yang akan diangkat.
Bahkan, ketika saya sudah terlalu semangat menulis di awal hingga menyelesaikan draf ataupun sedang mandek, membuat kerangka karangan berdasarkan draf dan merujuk kembali pada premis cerita terbukti sangat berguna untuk mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya p(l)othole dan mencari cara untuk menutupinya.
3. Karakter
Fiksi itu memang cerita rekaan, namun jika boleh saya mengutip Scott Fitzgerald (The Great Gatsby), “If you take real people and write about them, you cannot give them other parents than they have, you cannot make them do anything that they wouldn’t do. … Goddamn if you took liberties with people’s pasts and futures you produced not people but dammed marvelously faked case stories.”
Artinya, saat membentuk karakter tokoh, kita harus membuat tokoh itu sesuai fitrahnya dalam cerita. Tentu saja ada beberapa pengecualian, tetapi sebaiknya kita menyertakan perkembangan kepribadian tokoh itu dalam cerita.
Contoh: Kali ini saya ingin menggunakan tokoh Segara Alam dalam novel Pulang karya Leila Chudori. Tokoh segara Alam adalah putra dari Hananto Prawiro, seorang aktivis kiri yang dieksekusi pada saat Alam masih berusia lima tahun. Selama dalam masa pengejaran tentara (1965-1968), seluruh anggota keluarga Alam (ibu dan dua orang kakaknya) mengalami kekerasan.
Dalam Pulang, Mbak Leila menumbuhkan sosok Alam sebagai pemuda yang keras, pemarah, dan tak sabar. Tentunya pilihan ini didasarkan atas riset yang menyeluruh tentang kehidupan anak-anak tapol pada masa Orde Baru yang lazimnya tak dapat tumbuh dengan bebas dan nyaman seperti anak-anak lainnya. Mereka harus merunduk dan bahkan harus menggunakan nama samaran jika bekerja di tempat-tempat yang agak publik. Anak-anak tapol tumbuh dan hidup dengan menggendong beban sejarah! Alam tak mungkin sebagai pemuda yang happy go lucky.
Biasanya, saya suka membuat biodata untuk tokoh-tokoh dalam karya saya, walaupun tidak semua informasi tersebut saya tuangkan ke dalamnya. Bagi saya, biodata tokoh membantu agar karakter tokoh konsisten dengan fitrahnya.
4. Akhir Cerita
Pelik! Pembaca Indonesia pada umunya menyukai “akhir yang bahagia.” Mereka sering marah dan kecewa jika sebuah kisah diakhiri dengan kematian, perpisahan, atau kekalahan. Namun, kita hendaknya jujur pada diri sendiri apakah cerita ini layak untuk diakhiri dengan kebahagiaan atau dengan kepedihan. Jangan memaksa diri.
Setelah keempat elemen dasar tersebut kita siapkan, kita bisa mulai merangkai kata untuk mengisi kerangka cerita kita hingga menjadi sebuah cerita yang utuh. Berikut ini adalah dua jurus dasar bercerita yang bisa kita terapkan.
Jurus Dasar Bercerita:
1. Deskripsi
Perlu dicamkan dengan baik bahwa deskripsi bukan hanya asal sebut apa yang kita saksikan. Bukan sekadar mengabsen benda apa saja yang ada, atau siapa yang hadir. Dalam mengaggit sebuah kisah, deskripsi adalah seni menggambarkan situasi atau latar yang ada: orang, benda, suasana, udara, aroma hingga perasaan. Tak jarang dalam deskripsi diselipkan metafora.
Sebagai seorang penulis, kita harus berani menganalisa apakah yang kita deskripsikan memang relevan dengan kisah yang hendak disajikan. Jika tidak, jangan dipaksakan untuk menjadi bagian dari cerita untuk menghindari kesan bertele-tele dan pada akhirnya, kita juga yang akan kehilangan kesempatan untuk menyampaikan gagasan kita lewat kisah tersebut.
Ingat: deskripsi itu untuk memperkuat/menghidupkan latar cerita kita, bukan sekadar untuk membuat halaman penuh dengan racauan seperti buku harian.
Cerita pendek saya yang berjudul “Surat Untuk Baskoro” adalah hasil latihan saya membangun deskripsi pada Klinik Menulis Fiksi bersama Leila Chudori yang diselenggarakan oleh Tempo Institute beberapa waktu lalu. Cerpen ini juga menjadi karya terbaik dalam sesi pelatihan deskripsi tersebut.
2. Dialog
Fungsi utama dialog adalah membangun karakter agar tokoh kita hidup dan meyakinkan bagi pembaca dalam mendengar kata-katanya yang paling kuat. Cerita pendek karya Umar Kayam yang berjudul “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan” berikut adalah salah satu referensi yang baik untuk mempelajari bagaimana dialog digunakan untuk membangun karakter Jane dan Marno dalam cerita tersebut.
Baca juga: Teknik Membuka Cerita ala Agus Noor
***
Demikianlah ulasan saya mengenai “Teknik Membangun Cerita.” Sekali lagi, anggaplah ulasan di atas sebagai panduan, bukan peraturan yang kehadirannya bersifat mengekang. Namun sebagai penulis pemula, sebaiknya kenali dan patuhi kaidah-kaidah terlebih dahulu sebelum menggugat. Supaya kita paham dan tidak mudah dilupakan sejarah.
***
Jakarta, Nopember 2018
Referensi:
-
-
-
-
-
-
- Bahan Bacaan Klinik Menulis Fiksi bersama Leila Chudori (Tempo Institute 2017)
- Kelas Skenario: Wujudkan Ide Menjadi Naskah Film (Esensi – Penerbit Erlangga Group, 2017)
- Menulis dan Berpikir Kreatif Cara Spiritualisme Kritis karya Ayu Utami (KPG, 2015)
-
-
-
-
-
Lengkap ulasan panduannya Ka, thank’s ya informasinya. Berguna buat saya yg baru belajar gimana caranya menulis.
Thank you, Kak Dayu
“Menulis adalah bentuk seni, sebaiknya tidak diajarkan. Bagaimana gairah diajarkan?”
Kata² ini bagus, terkadang penulis juga harus meluapkan inpirasi di kepalanya dalam bentuk cerita. Tapi tetap mereka butuh panduan agar karyanya nggak ngasal. 😁
Nice share Mbak Maria. 👌🏼
Thank you, Kak Den. Semoga bermanfaat.
Wow. Nambah ilmu lagi. Informasinya sangat detil dan memang akan membantu, jika langsung dipraktekkan
Monggo segera diaplikasikan, Kak Taumy
Kak Mariaaaa, saya suka banget baca tulisan2 kakak selama ini. Bertutur dengan logika tertentu yang pas. Oh ternyata ada beberapa hal yang mendasarinya, yang asik juga diterapkan untuk saya nulis puisi nih dari tema, plot, karakter sampai ending. Sip.Sip… terus berbagi kebaikan untuk sesama ya kak. GBU
Terima kasih, Mbak Tuty. Semangat terus dalam menulis puisi juga, ya.
Menurut saya, cara belajar menulis adalah dengan menulis sebanyak-banyaknya, nanti tumbuh sendiri feel nya, setelah baca karya orang lain, mulai deh banding2in, eh nulis kayak begitu asik juga yaa…
Yay diulas lengkap nih tips Kak Maria saat menulis cerpen! Terima kasih sharingnya, Kak. Sangat bermanfaat!
Sama-sama. Semoga bisa segera diaplikasikan informasinya.
Makasih kak sharing ilmunya… bener-bener sangat bermanfaat untuk bisa langsung diterapin
Selamat menulis!
Wowww, baca ini lansung mendapat pencerahan banget. Saya suka bingung harus mulai darimana akhirnya mental terus dan jadi ga mulai-mulai. Mantap ini tipsnya dan makasih juga buat sumber referensinya, coba cari ah.
Semoga bisa membantu Kak Gina untuk menjadi penulis yang produktif, ya.
“Pelik! Pembaca Indonesia pada umunya menyukai “akhir yang bahagia.” Mereka sering marah dan kecewa jika sebuah cerita diakhiri dengan kematian, perpisahan, atau kekalahan. Namun, kita hendaknya jujur pada diri sendiri apakah cerita ini layak untuk diakhiri dengan kebahagiaan atau dengan kepedihan. Jangan memaksa diri.”
Saya setuju statement ini, dan saya memang suka happy ending karena bikin memotivasi hehe
Hati-hati jangan sampai terjrbak PHP berkedok motivasi. =)
Sharing yang bagus dan sangat membantu. Jadi tahu elemen elemen dasar bercerita dan jurus jurusnya. Terima kasih ya
Sama-sama, Kak Ifa.
Tentang deskripsi, memang seharusnya tidak terlalu bertele-tele. Dalam tulisan fiksi, penggunaan kiasan/metafora (dan juga kata-kata puitis) yang sewajarnya saja. Soalnya kalau terlalu banyak jadi pusing bacanya hehehe…
“penggunaan kiasan/metafora (dan juga kata-kata puitis) yang sewajarnya saja” Ini memang salah satu mitos sastra yang perlu segera ‘disegarkan,’ Mas Ris,
Makasih udah share ilmu dalam menulis.
Kalau udah mulai nulis suka mandek ditengah-tengah karena faktor Males. #curcol
Semoga tips yang pernah saya bagikan bisa membantu memerangi rasa malas ya, Kak. =)
Ini sih ilmu bermanfaat banget buat ngembangin tulisan di blog yukkuy.com ku. Seru banget dikasih tahu step-stepnya biar bisa nulis bercerita menarik..
Yukkuy nulis, Mas Bud.
Ini sangat-sangat berfaedah dan harus aku simpan di laptop nih Mbak, biar bisa jadi panduan untuk nulis. Makasih banyak yaa sharing ilmunya. Keren lah.
Sama-sama, Kak Dewi. Semoga membantu.
Wow, ternyata alumni Klinik Menulis Fiksi Tempo Institute ya. Juara nih pasti mba Maria. Artikelnya berfaedah sekali buat saya yang memang suka nulis cerita fiksi.
Sama-sama, Mas Beni.
wah ini nih tips n trick dan juga cara-cara menulis fiksi. menarik buatku, soalnya aku g bisa nulis fiksi babar blas hahhaah
Selamat menulis fiksi!
Kadang hal2 spt ini tidak dipedulikan oleh penulis pemula, mbak Maria. Seperti di sebuah platform fiksi itu, banyak yg asal aja nulisnya, kan yg baca jd puyeng deh..hahaha
Macam makan pindang bandeng yang belum tuntas dipresto ya, Mbak Eka? =)
Wah ini tulisan Mba Maria berguna banget. Aku kalau nulis cerita fiksi banyak banget yg mau dimasukkin ke cerita, sampai kadang bingung milihnya hehehe
Selamat menulis, Kak Eka.
Baca ini berasa ikut kelas penulisan fiksi saja.. Detul dan lengkap.
Terima kasih Mbak Maria.
Yang paling saya concern ada di penutup cerita.
Saya beberapa kali baca ending yang maksa. Artinya terpaksa dibuat bahagia. Padahal sepertinya enggak pas..
Wah, nwxt saya juga musti belajar jujur, akhir seperti apa yang sesuai, dan bukan mengikuti selera orang kebanyakan.
Mantap, Kakak. Yang semangat menulisnya, ya.
Duhh ini pe-er banget buatku. Ide atau gagasan kadang sampai luber tapi ketika mau eksekusi malah buntu. Harus banyak belajar lagi tentang seni membangun cerita.
Selamat eksekusi, Kak Maya.
Pertanyaan nya,kapan bikin buku,:)
Mohon doa restu!
Nice share kaaak maria.. akutuh nggak tau kayak nggak pede gitu kalo nulis fiksi. Kayak kurang greget gitu. Mungkin bacanya juga kurang sih.
Ayo dicoba terus, Kak. Pantang mundur sebelum sebelum diunggah. =)
Buku petunjuk menulis cerita untuk penulis pemula sangat jarang. Untunglah saya ketemu blog ini. Bisa belajar memulai menulis dari isi blog ini. Terima kasih, Mar.
Sama-sama, Nur. Ayo menulis!
Aku dapat asupan gizi yang luar biasa nih, dari dulu memang terkendala dengan mendeskripsikan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk menulis Blog ternyata harus mempunyai panduan agar enak di baca dan tidak seperti Buku Harian Pribadi. Ini akan jadi ilmu (info) sekaligus PR untuk aku terapkan. Membangun mood menulispun terkadang harus di pecut. Tanks Ka Maria
Sama-sama, Kak Putri. Semangat terus blogging-nya.
[…] Baca juga: Seni Membangun Cerita […]
Membuat cerita khususnya dan menjadi penulis itu memang ada prosesnya ya mbk, suatu saat aku ign belajar nulis. Artikel yg bagus mbak. Salam kenal
Selamat kenal juga, Kak Fajar. Sukses selalu, ya.
Terima kasih ulasannya Kak. Saya sendiri baru menapaki dunia menulis kreatif. Meski sudah cukup lama berkecimpung di dunia Journaling, tapi membuat tulisan kreatif itu hal yang berbeda. Paling tidak seperti yang mbak Maria ajarkan, banyak kaidah yang harus dipelajari. Semoga ke depannya tulisan saya makin enak dibaca 😁❤️.
Sama-sama. Semoga bermanfaat.
Untuk penulis pemula sepertinya sangat membantu sebagai kerangka dan rel / jalur dalam menulis, seperti sebuah pakem kepenulisan.
Dan bagi saya yang bukan penulis membaca ini seakan pingin memulai untuk menulis, tapj masih binggung menentukan tema, dan dari mana memulainya.
Sangat inspiratif mengerakkan keinginan untuk mulai menulis
Teruslah bermain dengan aksara, Kak Ivan.
[…] Baca juga: Seni Membangun Cerita […]
[…] Baca juga: Seni Membangun Cerita […]
[…] Baca juga: Seni Membangun Cerita […]