KataHati Berbagi Tips Menulis Kreatif

66
2724

Menulis adalah terapi. Tiga kata itu sepertinya menjadi bahan dasar proses menulis kreatif bagi tiga penulis kelahiran Sulawesi: Maman Suherman (Kang Maman), Khrisna Pabichara (Daeng), dan Bamby Cahyadi (Mas Bamby).

Ki-Ka: Mas Bamby, Kang Maman, Syah Rian (MC), dan Daeng

Kang Maman sempat memaparkan bahwa novel keempatnya bersama penerbit KPG, Re:, ia tulis sebagai sarana pemulihan agar dirinya kembali mampu merasakan takut dan sakit. Lima tahun menjadi mahasiswa kriminologi dan menyaksikan pembunuhan yang disertai dengan pemotongan anggota tubuh korban, telah membuatnya mati rasa terhadap kematian dan tindakan pembunuhan atau kekerasan lainnya.

“Saya menulis untuk kembali merasakan pergolakan emosi saat berhadapan dengan kasus pembunuhan. Ketika mulai menulis Re:, saya sudah mati rasa,” papar pria yang pernah menjadi supir dalam proses human trafficking dalam rangka melakukan riset untuk salah satu novelnya.

Rupa-rupanya Kang Maman tidak sendirian ihwal penulisan sebagai pelarian. Daeng dan Mas Bamby pun mengalami hal serupa.

Pada awal tahun 2012 Daeng mulai aktif menggunakan Twitter. Penulis novel Sepatu Dahlan itu mengaku bahwa pada awalnya ia menulis di sosial media untuk menyampaikan lukanya secara elegan. Sementara Mas Bamby menggubah cerita Kisah Muram Di Restoran Cepat Saji sebagai sarana untuk merawat kewarasannya di tengah tekanan tuntutan pekerjaan yang semakin menggila.

Lalu bagaimana proses kreatif mereka dalam menuliskan cerita fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata?

Imajinasi. Syarat utama menulis fiksi ada tiga: tokoh, konflik, dan latar cerita. Rangkai ketiga unsur itu secara apik dengan kreativitas dan needs for achievement agar tulisan kita semakin membaik.” Kang Maman menegaskan tips utamanya.

Sedangkan untuk membuat pembaca seolah berada pada setiap adegan cerita, mantan pemimpin redaksi di Kelompok Kompas Gramedia meyarankan agar penulis hendaknya melakukan riset yang menyeluruh dan  menggunakan prinsip 5W1H  dalam mengembangkan cerita dan menyuguhkan detil kepada pembaca.

Menurut Kang Maman, dengan menulis kita (penulis) sebenarnya tengah berkomunikasi dengan pembaca secara kreatif tentang apa yang kita ketahui. Maka itu dalam menggubah cerita, penting untuk mengingat 4C: Communication, Creativity, Collaboration (riset), dan Critical Thinking (ask 5W1H).

“Namun sebelumnya kita harus lebih dulu ingat, tulisan kita itu harus membuat indra kita bergejolak. Jika kita tidak bergejolak saat membaca tulisan kita, itu tandanya kita yang sakit atau tulisan kita yang sakit.” Kang Maman mengingatkan.

Banyak jalan-jalan agar banyak melihat dan memperkaya pengalaman. Aktifkan segenap indra agar tulisanmu lebih dari sekadar apa yang dapat ditangakap mata.” Daeng membagikan salah satu tipsnya agar cerita yang kita ciptakan terasa hidup.

Daeng juga mengaku bahwa dirinya kerap menjadikan pemilik akun media sosial yang ia tidak suka sebagai inspirasi penokohan dalam ceritanya.

“Kalau ada tokoh-tokoh yang saya tidak suka, saya follow itu akunnya. Saya pelajari karakternya, lalu saya jadikan tokoh antagonis dalam cerita saya. Dalam cerita itu, saya bunuh dia pelan-pelan,” ujar Daeng dengan lantang.

“Dan jangan lupa banyak bertanya dan banyak mendengar. Manusia dianugerahi dua telinga dan satu mulut. Itu artinya manusia harus lebih banyak mendengar daripada berbicara,” ucap Daeng yang segera disambut dengan angguk kepala Mas Bamby.

Penulis yang kesehariannya bekerja sebagai operating manager di perusahaan food and beverage ini, mengaku bahwa ia banyak menemukan ide ceritanya dari obrolan bersama teman-temannya.

“Dan yang paling penting, kita harus terbuka terhadap kritik untuk terus mengasah kemampuan kita. Jangan terlena dengan pujian. Pujian bisa menghambat daya kreativitas kita,” ujar Mas Bamby.

Terkait kritik dan pujian, Daeng juga menambahkan bahwa penulis harus berterima kasih jika ada yang mengkritik karyanya. “Itu artinya masih ada yang ingin membuat kita menjadi lebih baik. Orang yang hanya memuji biasanya tidak peduli.” Daeng memperingatkan.

Namun, terlepas dari ragam pengalaman dan kiat andalan, ada tiga hal yang konsisten dilakukan Kang Maman, Daeng, dan Mas Bamby untuk terus mengasah keterampilan mereka, yakni:

  1. Banyak Membaca
  2. Terus berlatih menulis
  3. Bergabung dengan komunitas yang membantu mengasah daya kreativitas kita

Demikianlah pemaparan proses kreatif dari ketiga penulis kawakan yang menjadi narasumber dalam acara Temu Akrab Katahati Writing Challenge yang diadakan pada tanggal 6 Juli 2018 lalu di Goeboek Coffee Jakarta.

Akhir kata, seperti yang diungkapkan pembawa acara kami, Syah Rian, di penghujung acara, “Jika kata tak mampu bersuara, biar hati yang bicara (dan menuliskan ceritanya).”

Semoga tips yang dibagikan bisa berguna bagi siapa pun yang membaca ulasan ini.

Jakarta, Juli 2018

***

Tentang Narasumber:

Maman Suherman

Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 10 November 1965, ia pernah menempuh beragam pendidikan. Namun, ia hanya lulus dari Jurusan Kriminologi FISIP-UI. Novelnya yang berjudul Re:, pun terinspirasi dari karya skripsinya.

Setelah berpindah-pindah profesi dari reporter hingga direktur produksi, Kang Maman kini tengah mengabdikan dirinya pada dunia tulis menulis. Karya-karyanya antara lain: Matahati (2012), Bokis 1: Kisah Gelap Dunia Seleb (2012), dan Bokis 2: Potret Para Pesohor (2013), Re: (2014), Notulen Cakeppp (2014), Virus Akal Bulus (2014), Notulen Cakeppp 2 (2015), dan 99 Mutiara Hijabers (2015), dan peRempuan (2016).

Sumber: Goodreads.com dan Wikipedia.org.

Khrisna Pabichara

Lahir di Borongtammatea – sebuah kampung di Jeneponto, Sulawesi Selatan – pada 10 November 1975, Penyair yang kerap diundang sebagai pembicara dan pembaca puisi ini memulai karier kepengarangannya di dunia buku-buku seputar neurologi.

Kumpulan cerpen debutnya, Mengawini Ibu, terbit pada 2010. Novel debutnya, Sepatu Dahlan, terbit pada 2012. Sedangkan kumpulan puisi pertamanya, Pohon Duka Tumbuh di Matamu, terbit pada 2014. Novelnya “yang masih hangat” adalah Natisha (2016) dan Cinta yang Diacuhkan (2017).

Penyuka FC Barcelona ini sekarang bekerja sebagai penyunting lepas dan aktif dalam kegiatan literasi, terutama di Pustaka Ballak Kana Jeneponto.

Sumber: Tentang Pengarang, Jenderal Kambing.

Bamby Cahyadi

Bamby Cahyadi adalah nama pena dan panggilan akrab dari pemilik nama asli Bambang Cahyadi. Pria kelahiran Manado, 5 Maret 1970 ini sehari hari bekerja sebagai operation manager di perusahaan F&B di Jakarta. Keseriusannya menulis cerpen berawal sejak tahun 2007. Bamby memulai menulis cerpen di dunia maya dan blog pribadi. Saat ini ia menulis berbagai tema cerita pendek di Koran Tempo, Suara Pembaruan, Republika, Pikiran Rakyat, Lampung Post, dan masih banyak lagi. Ia juga menulis esai di koran Media Indonesia, Pikiran Rakyat Majalah Pramuka, dan tabloid Eksponen, serta aktif mengelola Komunitas Sastra Jakarta (Kosakata) bersama teman-temannya

Sumber: Tentang Penulis, Kisah Muram Di Restoran Cepat Saji.

Save

Save

66 COMMENTS

  1. “Namun sebelumnya kita harus lebih dulu ingat, tulisan kita itu harus membuat indra kita bergejolak. Jika kita tidak bergejolak saat membaca tulisan kita, itu tandanya kita yang sakit atau tulisan kita yang sakit.” Kang Maman mengingatkan.” Indikator yang harus di ingat nih. Harus sering sering di asah nih indranya.

    Artikel yang bernutrisi tinggi nih kak Maria. Terima kasih sudah membagikan semangat menulisnya ke kita semua. Penjabarannya juga enak di baca. Tau tau sudah selasai artiketnya. Good Job.

  2. 1. Banyak Membaca
    2. Terus berlatih menulis
    3. Bergabung dengan komunitas yang membantu mengasah daya kreativitas kita
    Bener banget ini terutama untuk tips terakhir karena akan banyak ilmu yang kita dapat dan kita praktekkan

  3. Buat kisah nyata menjadi cerita fiksi itu emang gak gampang. Kadang udah kebayang bakalan gimana ceritanya, tapi pas mau ditulis malah kesulitan. Makasih banyak kak tulisannya sangat berguna 🙂

  4. Kang Maman sang notulen ternyata jebolan fisip UI, Kriminologi pula, aku baru tahu. Ga sabar pengen baca Re, pasti keren. Entah kenapa aku suka baca atau nonton kisah kriminologi, seperti serial criminal minds.

  5. “Dan yang paling penting, kita harus terbuka terhadap kritik untuk terus mengasah kemampuan kita. Jangan terlena dengan pujian”. Bener banget sih ini ka ga akan ada kemajuan kalo puas dengan pujian, dan ga akan ada perbaikan kalo ga ada kritikan, tapi kembali lagi ke masing-masing individu dalam menyikapi kritikan.

  6. Menulis.. Menulis.. Dan menulis..
    Sepertinya hanya itu yang paling harus saya tanamkan untuk memulai menulis apa yang tersirat dari kata hati..
    Terimakasih Kak untuk berbagi kisahnya.. Sangat menginspirasi..

  7. Namun sebelumnya kita harus lebih dulu ingat, tulisan kita itu harus membuat indra kita bergejolak. Jika kita tidak bergejolak saat membaca tulisan kita, itu tandanya kita yang sakit atau tulisan kita yang sakit.” Kang Maman mengingatkan.

    Aku pernah ngerasain nulis tapi tulisanku ga punya nyawa kak, kyk flat bangetttt, aku aja sampe ga percaya diri sama tulisan sendiri. Mesti kudu banyak belajar lagiii. Makasih sharingnya. Informatif banget.

  8. Kata pusaka ini ; Imajinasi. Syarat utama menulis fiksi ada tiga: tokoh, konflik, dan latar cerita. Rangkai ketiga unsur itu secara apik dengan kreativitas dan needs for achievement.” Kang Maman menegaskan tips utamanya. harus gue tanem dalam-dalam

  9. Terima kasih tulisannya kak.. bener banget kalo penulis itu harus terbuka sama kritik. Aku punya teman yang kita selalu mengkritik cara nulis masing2. Kalo tulisan aku bosenin dia selalu jujur bilang. Kalo pas dia yang begitu aku juga jujur ama dia. Its help me a lot apalagi aku cuma orang yang lagi belajar nulis.

    • Betul banget, Kak. Namanya juga lagi belajar, justru yang kita butuhkan adalah saran dan masukan. Ndak sekadar pujian.

    • Sama-sama, Kak. Mari terus memasyarakatkan sastra kepada bangsa ini. Seperti kata Pak Pram, manusia tanpa sastra hanyalah binatang yang pintar.

  10. Kak, tulisannya bermanfaat banget! Terima kasih sudah berbagi tipsnya. Menulis memang enggak mudah ya, tapi dengan menajamkan kembali indra kita, memerhatikan banyak hal di sekitar kita, semua bisa menjadi sumber ide ya ternyata.

  11. Aahh ini keren banget infonya mbak, Kang Maman memang sangat pakai hati ketika menulis novel Re; kerasa sampai hati soalnya pas baca hehe.

    Anyway kelas Kata Hati ini berapa kali pertemuan sekali investasi?

  12. Terimakasih kak Maria untuk tips menulsi kretaif, saya noted ya untuk : banyak membaca, terus berlatih menulis dan bergabung dengan komunitas yang membantu mengasah daya kreativitas kita.

  13. Waaah bermanfaat banget ini, sepertinya aku bakal ikuti tips penguatan karakter yang follow akun orang yang saya sukai dan tidak sukai buat jadi tokoh fiksi yang bagus. Aih kece nih tips nulis kreatifnya. Makasih, ka

  14. menarik sekali maria, dari sini kita bisa sedikit tahu seperti itulah penulis berimajinasi dengan kreatif tanpa batasnya. bagaimana penulis benar melakukan hal, yang sebenarnya patut kita contoh. makasih Maria.sukses terus ya..

  15. tipsnya sangat baik sekali buat yang pengen mulai menulis fiksi, terima kasih ka Maria sharingnya. aku jd pengen coba menulis fiksi jadinya, supaya ada sarana untuk menyampaikan hal-hal secara implisit, hehe

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here